"Tanpa industri kontruksi, maka pembangunan infrastruktur tidak akan terjadi. Hanya industri inilah yang menghasilkan infrastruktur sebagai bahan bakar penggerak perekonomian," ujar kepala BP Kontruski Hediyanto W Husaini kepada tabloid Steel Indonesia di sela-sela bedah buku KI 2014, Rabu (05/11) di Jakarta.
Lebih lanjut kontruksi tidak hanya melilbatkan konsultan dan kontraktor tetapi seluruh gugus dari rantai pasok kontruksi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana industri kontruksi dengan seluruh pelakunya mampu menghasilkan infrastruktur secara efisien, efektif dan menjamin kualitas produksinya yang bermanfaat dan berkelanjutan.
Karena itulah tema yang menjadi semangat buku KI 2014 adalah "Konsolidasi Industri KOntruksi Indonesia Guna Memenangkan Pasar Kontruksi ASEAN dan Global." Tema yang diusung buku ini tepat karena Indonesia sedang bersiap menyongsong keterbukaan pasar di lingkup ASEAN di akhir tahun 2015 nanti.
Dijelaskan dalam buku tersebut, bahwa indsutri kontruksi adalah kegiatan ekonomi produksi yang mengolah bahan alam seperti pasir, batu, dan kayu atau bahan pabrikan seperti baja, semen, aspal menjadi suatu bangunan, baik disebut infrastruktur atau properti.
Industri kontruksi juga bukan industri bahan bangunan, tetapi merupakan kegiatan ekonomi produksi yang mengolah bahan alam dan atau bahan pabrikan menjadi suatu produk bangunan berupa infrastruktur maupun properti melalui sistem penyelenggaraan rancang bangun dan perekayasaan serta metoda penyerahan tertentu.
Indsutri kontruksi memiliki struktur rantai pasok horisontal mulai dari gugus 1 yang terdiri dari konsultan (manajemen proyek, arsitektur, insinyur, quantity sruveyor dan kontraktor utama). Kemudian gugus 2 (sub kontaktor), gugus 3 (supplier/vendor), gugus 4 (distributor) dan gugus 5 (pabrikator).-(yayatsuratmo)