"Kawasan industri ini nantinya, selain merupakan investasi padat modal, juga sekaligus padat karya. Tentu, efek ekonomi dari investasi di sana sangat luas," kata Menteri Perindustrian, Ir MS Hidayat dalam wawancara khusus dengan "PR", di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (1/8/2014).
Hidayat menjelaskan, penyiapan lahan seluas itu atas permintaan investor Jepang yang disampaikan melalui Chairman Toyota, Mr Toyada, saat bertemu dengannya. Namun, keinginan membangun kawasan industri di Kabupaten Karawang itu dengan persyaratan yang diusulkan investor, kegiatan bongkar muat barangnya kelak tidak melalui Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara.
"Pemerintah sedang mengusulkan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang. Cilamaya, selain digunakan sebagai pelabuhan antarpulau juga sekaligus sebagai pusat kegiatan ekspor," katanya.
Hidayat mengatakan, membangunan kawasan industri 3.000 hektare ditambah dengan pembangunan Pelabuhan Cilamaya merupakan pekerjaan besar bagi pemerintah, termasuk pemerintah Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Karawang. "Kementerian Perhubungan sedang membuat studi kelayakan tentang Pelabuhan Cilamaya," ujarnya.
Penyiapan lahan tersebut, kata Hidayat, berkaitan juga dengan telah hampir habisnya lahan kawasan industri yang ada di Bekasi, Cikarang, dan Cikampek. "Hampir 95 persen lahan kawasan industri di tiga wilayah ini sudah terjual," ujarnya.
Industri tekstil terpadu
Kementerian yang dipimpinnya juga sedang mengonsep pembangunan industri tekstil terpadu di Kabupaten Sumedang. Ekspansi kawasan industri tekstil ke Sumedang itu, katanya, tentu tidak akan mengabaikan pabrik-pabrik tekstil yang ada di Jabar.
"Kontribusi tekstil Jawa Barat, terutama di sekitar Bandung (Majalaya) tetap dipertahankan. Hal ini mengingat kontribusinya terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil nasional sangat besar.
Dikatakannya, potensi industri tekstil di Kabupaten Bandung, termasuk sentra tekstil Majalaya saat ini adalah 860 unit industri kecil formal, 621 unit perusahaan menengah dan 239 unit perusahaan besar.
Sebagai salah satu sentra produksi tekstil, pemerintah melakukan program restrukturisasi mesin-mesin tekstil dengan potongan harga pembelian mesin 30 persen buatan dalam negeri dan 25 persen pembelian mesin impor.
Kementerian Perindustrian juga akan mengembangkan industri potensial Jabar lainnya, antara lain industri kreatif, industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki.
Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/3967/Jepang-Minta-Pelabuhan-Cilamaya